ria

Wavy Tail

Selasa, 22 Desember 2015

perbedaan penilaian pada K13, KBK, KTSP



1.      Penilaian KBK (Kurikulum Berbasis Kopetensi)

Penilaian dalam KBK adalah penilaian berbasis kelas yaitu pelaksanaan penilaian dilaksanakan secara terpadu antara penilaian hasil dan proses pembelajaran. Adapun beberapa evaluasi hasil belajar dalam implementasi KBK dilakukan dengan :
a.     Penilaian kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas.

b.    Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun.

c.    Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.

d.   Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunngulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah, atau nasional. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletannya.

e.    Penilaian program
Penilaian program dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.

2.      Penilaian KTSP
Penilaian dalam KTSP adalah penilaian otentik yaitu penilaian yang secara langsung bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai memang demikian yang sesungguhnya terjadi dan dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan. Penilaian otentik mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa sebab pelaku belajar adalah siswa. Sifat-sifat penilaian otentik:
1.    Berbasis kompetensi yaitu penilaian yang mampu memantau kompetensi siswa.
2.    Individual, dapat secara langsung mengukur kemampuan individu.
3.    Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh siswa sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan individu dan juga kekurangannya.
4.    Tak terstruktur dan open-ended, penyelesaian tugas-tugas otentik tidak bersifat uniformed dan klasikal. Juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok atau kelas.
5.    Terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga siswa tidak selalu dalam situasi tes yang menegangkan.
6.    On-going atau berkelanjutan, oleh karena itu penilaian harus secara langsung dilaksanakan pada saat proses pembelajara.

3.      Penilaian Kurikulum 2013

Penilaian pada Kurikulum 2013 adalah penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dalam kurikulum 2013 mengisyarakatkan penggunaan penilaian otentik (authentic assesment), dimana siswa dinilai kesiapannya, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakansebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian otentik  disebutkan dalam kurikulum 2013 adalah model penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung berdasarkan tiga komponen di atas. Diantara teknik dan isntrumen penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut.
a.    Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
b.    Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
c.    Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

Uji Lemak dan Protein



A.  Data
Tabel Pengamatan Pengaruh Empedu terhadap Lemak
No
Larutan
Perlakuan
Sebelum
Sesudah
1.
Empedu+ aquades+ minyak
-       Minyak dan empedu tercampur
-       Berwarna hijau tua
-        Minyak dan empedu terpisah
-        Berwarna hijau tua (dibagian bawah) dan kuning cerah (dibagian atas)
-        Gumpalan minyak +++
2.
Aquades+ minyak
-        Minyak dan aquades tercampur (homogen)
-        Berwarna kuning cerah
-        Minyak dan aquades terpisah
-        Berwarna bening (bagian bawah) dan kuning (bagian atas)
-        Gumpalan minyak ++

Tabel Pengamatan Identifikasi Protein
Tabung
Larutan
Warna
Keberadaan Protein
Sebelum
Sesudah
1.
1,5 mL Larutan Albumin
Kuning cerah
Ungu +++++
Ada
2.
1,5 mL Aquades
Bening
Biru cerah
Tidak ada
3.
Susu
Putih
Ungu +++
Ada
4.
Kacang
Putih
Ungu ++
Ada
5.
Tahu
Putih
Ungu ++++
Ada
6.
Tempe
Putih
Ungu ++
Ada

Tabel Pengamatan Pembuktian Adanya Tripsin
Tabung
Larutan
Warna Larutan
Keberadaan Tripsin
Sebelum
Sesudah
A
Susu+ ekstrak usus+ biuret
Putih
Hijau Kecoklatan
Ada
B
Susu+ aquades+ biuret
Putih
Hijau tua
Ada

B.  Analisis
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada uji lemak dan protein terdapat pengamatan pengaruh empedu terhadap lemak, identifikasi protein, dan pembuktian adanya tripsin. Sedangkan pada uji karbohidrat terdapat 4 pengamatan yaitu identifikasi karbohidrat, pembuktian amilase dan maltase, dan identifikasi pati (Oligosakarida).
Pada pengamatan pengaruh empedu terhadap lemak menggunakan ikan nila sebagai sampel. Pada tabung A terisi larutan empedu, aquades dan minyak. Tabung A sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu dari warna hijau tua menjadi dua bagian warna (hijau tua (bagian bawah) dan kuning cerah (bagian atas)). Serta yang awalnya tercampur sesudah diberi perlakuan minyak dan aquades terpisah dan gumpalan minyak +++. Sedangkan pada tabung Bterisi aquades dan minyak. Tabung B sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu dari warna kuning cerah menjadi  dua bagian warna (bening (bagian bawah) dan kuning (bagian atas)). Serta yang awalnya tercampur sesudah diberi perlakuan minyak dan aquades terpisah dan gumpalan minyak ++.
Pada pengamatan identifikasi protein, digunakan larutan pembanding yaitu larutan albumin dan aquades sebagai larutan kontrol. Adapun larutan sample yaitu  larutan susu, kacang, tahu, dan tempe. Pada larutan albumin, warna sebelum diberi perlakuan adalah kuning cerah dan menjadi ungu +++++. Pada aquades sebelum diberi perlakuan berwarna bening menjadi berwarna biru cerah. Pada susu, warna sebelum ada perlakuan adalah putih dan berubah menjadi ungu +++. Pada kacang dan tempe, warna sebelum dan sesudah adalah sama, yaitu putih dan berubah menjadi ungu ++. Pada tahu, warna sebelum diberi perlakuan yaitu putih menjadi ungu ++++ setelah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil perubahan warna, diketahui bahwa larutan albumin, susu, kacang, tahu, dan tempe terindikasi adanya senyawa protein karena adanya perubahan warna menjadi ungu. Adapun aquades tidak terindikasi, karena tidak adanya perubahan warna atau tidak berubah menjadi warna ungu setelah diberi perlakuan.
Pada pengamatan pembuktian adanya tripsin dengan menggunakan bahan susu yang terindikasi protein. Pada tabung A, larutan susu diberi ekstrak usus dan biuret terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi hijau kecoklatan. Sedangkan, pada tabung B, larutan susu diberi aquades dan biuret terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi hijau tua. Berdasarkan hasil pengamatan yang terindikasi adanya tripsin yaitu kedua tabung tersebut baik tabung A maupun tabung B. Tetapi warna yang lebih mendekati dengan adanya tripsin yaitu tabung A.

C.  Pembahasan
Pada pengamatan ini terlebih dahulu kami membuat ekstrak usus untuk melanjutkan pengamatan lainnya. Dalam pengamatan ini kami menggunakan ikan nila. Fungsi ekstrak usus ikan nila untuk memudahkan mengetahui keberadaan enzim tripsin, amilase dan maltase.
Keberadaan cairan empedu dalam saluran pencernaan hewan sangat penting. Cairan empedu membantu pencernaan semua makanan berbahan dasar lemak dan turunannya. Bila garam empedu bergabung dengan kolesterol, gliserid, dan asam lemak, maka akan terbentuk micel yang dapat diserap oleh dinding usus. Karena itu kekurangan cairan empedu dapat menurunkan pencernaan lemak dan kekurangan vitamin-vitamin yang hanya larut dalam lemak , seperti vitamin A, D, E, dan K. Empedu merupakan cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Pada beberapa spesies, empedu disimpan di dalam kantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk membantu proses pencernaan makanan. Dalam hal ini berarti hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori yang ada karena pada hasil pengamatan empedu+aquades+minyak sesudah dapat perlakuan terpisah antara minyak dan empedu. Tetapi pada teori, aquades dan minyak dapat menyatu karena terdapat cairan empedu. Garam-garam empedu yang terkandung di dalam cairan empedu berperan melarutkan minyak dalam aquades, yakni dengan cara membuat stabil emulsi lemak yang berasal dari minyak. Hal ini dikarenakan kurang lama waktu pengocokan sehingga belum terlihat dengan jelas larutannya. Sedangkan pada pengamatan aquades+minyak sudah sesuai dengan teori bahwa sesudah perlakuan minyak dan aquades terpisah karena masa jenis minyak lebih kecil dibandingkan aquades.
Identifikasi protein dilakukan untuk menguji larutan pembanding dan larutan sampel yang mengandung protein. Larutan yang akan diuji dicampurkan dengan pereaksi biuret kemudian dikocok. Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet. Pada larutan pembanding yaitu larutan albumin menunjukkan hasil yang positif. Terbentuknya larutan berwarna ungu. Hal ini terjadi bila protein bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa. Pereaksi  biuret terdiri dari CuSO4 dalam aquades dan NaOH. CuSO4 sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. Pada percobaan ini juga menggunakan larutan sample, yaitu susu, kacang, tahu dan tempe. Pada keempat larutan ini terjadi perubahan warna menjadi ungu setelah diberi pereaksi biuret. Warna ungu yang terjadi akibat larutan protein berikatan dengan Cu2+. Keempat larutan menunjukkan hasil yang positif mengandung protein. Sedangkan pada aquades setelah diberi pereaksi biuret tidak berubah warna menjadi ungu tetapi menjadi biru cerah. Hal ini bahwa aquades  menunjukkan hasil negatif, tidak mengandung protein. Reaksi yang terjadi yaitu:
Tripsin merupakan salah satu protease atau enzim yang menghidrolisis protein. Tripsin merupakan endopeptidase yang bentuk inaktifnya disebut tripsinogen. Tripsin bekerja optimum pada pH asam / 1,8 (1,2 - 2). Tripsin memiliki fungsi untuk mengubah protein menjadi polipeptida. Struktur tripsin yaitu:
Hal yang dilakukan pertama kali adalah tabung reaksi A dan B diisi dengan 1 ml sampel yang mengandung protein. Setelah dipanaskan dan ditunggu sampai dingin, tabung reaksi A diberi 1 ml ekstrak usus dan tabung reaksi B diisi 1 ml aquades. Setelah didiamkan selama 5-10 menit ditetesi biuret. Biurt untuk menguji adanya kandungan tripsin di dalamnya. Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil berupa perubahan warna pada larutan, baik pada tabung A maupun pada tabung B. Pada awalnya, kedua tabung berisi larutan yang berwarna putih (larutan susu), tetapi setelah diberi perlakuan, larutan di dalam tabung A berubah warna menjadi hijau kecoklatan. Secara teori bahwa terindikasi adanya enzim tripsin yaitu akan terlihat perubahan warna menjadi kuning. Dalam pengamatan ini berarti terindikasi adanya enzim tripsin (menunjukkan hasil positif). Adapun pada tabung B berwarna hijau tua. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa tabung B tidak terdapat enzim tripsin tetapi pada tabel pengamatan tertulis bahwa keberadaan enzim tripsin ada. Hal ini dikarenakan kurang pengetahuan praktikan dalam mengambil kesimpulan.